Dimensi Pekerjaan
Organisasi
tumbuh karena seluruh misi dan tujuannya sudah terlalu besar untuk
dicapai oleh seorang saja. Konsekuensinya organisasi harus mempunyai
suatu cara sistematik untuk menentukan karyawan mana yang diharapkan
mampu untuk melaksanakan fungsi atau tugas tertentu yang mesti
diselesaikan, oleh karenanya harus ada seperangkat pekerjaan yang harus
dilakukan oleh masing-masing karyawannya. Pekerjaan-pekerjaan tadi pada
gilirannya memberikan suatu mekanisme pengkoordinasian dan pengkaitan
berbagai aktivitas organisasi yang diperlukan supaya berhasil.
Tanpa
pengetahuan yang memadai tentang apa yang dilakukan oleh para karyawan
atas pekerjaannya,organisasi tidak akan dapat membentuk prosedur sumber
daya manusia yang efektif untuk memilih, mempromosikan, melatih,
menilai, dan memberikan kompensasi kepada karyawannya. Oleh karenanya,
pengkajian dan pemahaman pekerjaan melalui proses yang disebut analisis
pekerjaan merupakan bagian vital dari setiap program manajemen sumber
daya manusia.
Dimensi Pekerjaan
Pekerjaan
sekurang-kurangnya mempunyai 5 dimensi yang berinteraksi satu sama lain
dan menentukan tingkat produktivitas serta kepuasan kerja yang
diperoleh dari pekerjaan.. Dimensi-dimensi tersebut dapat dilihat dalam bagan 14.
Ke lima dimensi pekerjaan adalah sebagai berikut :
- Dimensi Fisik : Dimensi pekerjaan yang pertama adalah dimensi fisik, yaitu kecepatan, gerak, dan langkah-langkah karyawan dalam menunaikan pekerjaannya. Idealnya, pekerjaan dapat diorganisasikan dengan cara yang memungkinkan setiap langkah dilakukan berulang-ulang secara seragam. Kajian gerak dan waktu dapat menentukan dimensi fisik pekerjaan dengan cara yang akan menghasilkan produktivitas maksimal. Di dalam organisasi, setiap pekerjaan dirancang untuk memfasilitasi pencapaian tujuan organisasi.
- Dimensi Psikologis : Dimensi pekerjaan yang kedua adalah dimensi psikologis. Pekerjaan mempunyai potensi besar untuk memenuhi kebutuhan psikologis dasar akan pertumbuhan, pengetahuan, dan pengembangan seandainya diorganisasikan dan dikelola secara benar. Sejauh mana dimensi psikologis pekerjaan membantu atau menyumbat kinerja akan tergantung pada tingkat otoritas yang diberikan kepada karyawan dan keleluasaan dalam menggunakan beraneka keahlian.
- Dimensi Sosial : Dimensi pekerjaan yang ketiga adalah dimensi sosial. Orang-orang bekerja demi sebuah sumber kontak sosial, dan begitu di dalam pekerjaan, kelompok kerja berpengaruh kuat terhadap bagaimana mereka bekerja.
- Dimensi Kultural: Dimensi pekerjaan yang keempat adalah dimensi kultural. Pekerjaan menawarkan keberadaan ekonomi berupa gaji dan memberikan kontribusi bagaimana orang-orang menilai kedudukan sosial dan kualitas kehidupan mereka. Pekerjaan memberikan kepada karyawan sumber utama pendapatan. Pekerjaan juga menentukan standar kehidupan karyawan dan menjadi tumpuan mobilitas sosial ke atas, tergantung pada tuntutan dan nama jabatan serta tarif gajinya. Karena pekerjaan menyita bagian yang signifikan dari bagian kehidupan seorang karyawan, kewajiban pekerjaan dan kondisi dimana kewajiban itu ditunaikan hendaklah memuaskan beraneka kebutuhan pribadi yang ingin dipenuhi oleh karyawan.
- Dimensi Kekuasaan : Dimensi pekerjaan yang kelima adalah dimensi kekuasaan. Orang-orang bekerja bagi orang lainnya. Cara manajer menjalankan kekuasaan mempunyai dampak yang nyata atas kepuasan kerja maupun produktivitas karyawan. Pemenuhan peran ini menuntut disiplin manajer dalam hal bahwa dia mesti memikirkan terlebih dahulu pekerjaan itu. Manajer tidak hanya harus memastikan bahwa pekerjaan dilakukan sesuai rencana, tetapi dia juga harus melakukan hal yang sama dalam membangun komitmen dari karyawannya.
Kelima
dimensi pekerjaan di atas bermakna bahwa para manajer perlu mencapai
suatu keseimbangan di antara dimensi pekerjaan, dan kebutuhan karyawan.
Bagan 14 tadi memperlihatkan bahwa pekerjaan dan karyawan memiliki
sumber daya yang dapat dieksplorasi guna meningkatkan produktivitas,
namun keduanya juga menghadirkan tuntutan yang menimbulkan masalah bagi
manajemen. Beberapa hal dapat terjadi, tergantung bagaimana berbagai
pekerjaan itu diorganisasikan. Hubungan yang terjalin di antara
orang-orang dan pekerjaan senantiasa berubah. Pengorganisasian pekerjaan
mempengaruhi perilaku, dan perilaku itu sukar diubah begitu telah
menjadi kebiasaan. Karena itulah, maka pengubahan pekerjaan merupakan
cara yang baik untuk memulai jenis perubahan organisasional lainnya.
sumber : Online Human Resources
ga ada defenisis menurut para ahli nya euy..
BalasHapus