Minggu, 29 April 2012

B. Desain Organisasi Organik

BAB I
PENDAHULUAN

Desain organisasi dikaitkan dengan pengambilan keputusan manajerial yang menentukan struktur dan proses yang mengkoordinasikan dan mengendalikan pekerjaan organisasi. Hasil keputusan desain organisasi adalah suatu sistem pekerjaan dan pengelompokkan kerja termasuk proses yang melingkarinya. Proses yang berhubungan ini termasuk hubungan wewenang dan jaringan komunikasi dalam kaitannya pada perencanaan spesifik dan teknik pengendalian. Sebagai akibat, desain organisasi akan berpengaruh pada pembentukan suatu superstruktur di dalam kerja dari organisasi tersebut.
Desain organisasi telah menjadi inti kerja manajerial karena usaha-uasaha sebelumnya untuk mengembangkan teori manajemen. Kepentingan keputusan desain telah menstimulasi minat yang besar atas topik bahasan. Manajer dan pakar teori perilaku organisasi dan peneliti telah berkontribusi terhadap apa yang disebut sebagai badan bacaan yang dapat dipertimbangkan. Manajer yang menghadapi perlunya mendesain struktur organisasi adalah pada posisi tidak kehilangan ide. Sangat berbeda, bahan desain organisasi telah mempunyai sejumlah ide yang menimbulkan konflik yakni bagaiaman suatu organisasi didesain mengoptimalkan efektifitas.
Cara manajemen mendesain organisasi harus mengingat dimensi struktur organisasi ini. Bagaiamana kombinasinya mempunyai dampak langsung atas efektivitas individual, kelompok dan organisasi itu sendiri. Manajer harus mempertimbangkan sejumlah faktor ketika mendesain organisasi, diantaranya satu yang sangat penting adalah teknologi, sifat kerja itu sendiri, karakteristik orang yang melakukan kerja, tuntutan lingkungan organisasi, keperluan untuk menerima dan memproses informasi dari lingkungan tersebut, dan keseluruhan strategi yang dipilih organisasi untuk berhubungan dengan lingkungan.
Untuk memehami hal yang dirasakan kompleks, harus menjelaskan mengenai dua model umum desain umum organisasi yakni model mekanistik dan organik. 
                                                             BAB II
Model Organik
Model organik dari desain organisasi berada dalam posisi yang bertentangan dengan model mekanistik berkaitan dengan perbedaan karakteristik organisasi dan praktik. Perbedaan yang sangat nyata antara dua model adalah konsekuensi dari perbedaan kriteria efektivitas yang masing-masing berupaya mencapai maksimalisasi. Sementara model mekanistik memaksimalkan efisiensi dan produksi model organik memaksimalkan kepuasan, fleksibilitas dan pengembangan.
Organisasi organik fleksibel terhadap perubahan tuntutan lingkungan karena desain organisasi organik mendorong pemanfaatan yang lebih besar dari potensi manusia. Manajer didorong memakai praktik yanbg memacu seluruh motivasi manusia melakukan desain pekerjaan yang menekankan pada pertumbuhan pribadi dan tanggung jawab. Pengambilan keputusan, pengendalian, dan proses penetapan sasaran desentralisasi dan disebarkan pada semua tingkat organisasi. Komunikasi mengalir ke seluruh organisasi, tidak begitu saja turun menurun garus komando. Praktik ini dimaksudkan untuk mengimplementasikan suatu asumsi dasar dari model organik yang menetapkan bahwa suatu organisasi  akan menjadi efektif pada suatu tingkat dimana struktur dipakai “untuk menjamin suatu probabilitas maksimum yang dalam seluruh interaksi dan hubungan dengan organisasi, masing-masing anggota, dengan latar belakangnya, nilai-nilai, keinginan dan harapan, kita meninjau pengalaman sebagai dukungan dan satu sisi untuk membangun dan menjaga harga diri dan kepentingan.
Suatu desain organisasi yang memberikan individu seperti harga diri dan motivasi serta kepuasan fasilitas, fleksibilitas dan pengembangan akan mempunyai karakteristik sebagai berikut:
  1. Hal ini relatif sederhana karena tidak menekankan pada spesialisasi dan menekankan pada peningkatan rentang pekerjaan.
  2. Relatif desentralisasi, karena menekankan pada delegasi wewenang dan peningkatan kedalaman pekerjaan.
  3. Relatif informal karena menekankan pada produk dan pelanggan sebagai dasar bagi departemen.


PERBANDINGAN
STRUKTUR MEKANISTIK DAN ORGANIK
Proses
Struktur Mekanistik
Struktur Organik
Kepemimpinan
Tidak ada rasa percaya dan keyakinan. Bawahan tidak merasa bebas mendiskusikanmasalah pekerjaan dengan atasan yang sebaliknya manarik ide da pendapat mereka
Memiliki rasa percaya dan keyakinan antara atasan dan bawahan dalam semua hal. Bawahan merasa bebas mendiskusikan dengan atasan yang sebaliknya menarik ide dan pendapat mereka
Motivasi
Langkah hanya fisik, keamanan, dan motif ekonomi melalui penggunaan sanksi dan ancaman. Sikap tidak mendukung pada organisasi terjadi diantara karyawan
Langkah penuh dengan motivasi melalui penggunaan partisipasi. Sikap lebih mendukung pada organisasi dan tujuan
Komunikasi
Informasi mengalir ke bawah dan cenderung terdistorsi tidak akurat, dan dipandang mencurigakan oleh bawahan
Informasi mengalir bebas ke seluruh organisasi, atas, bawah dan ke samping. Informasi akurat dan tidak distorsi
Interaksi
Tertutup dan terbatas. Bawahan hanya memberi efek yang kecil pada tujuan departemen, metode dan aktivitas.
Terbuka dan ektensif. Baik atasan dan bawahan dapat mempengaruhi tujuan, metode dan aktivitas.
Keputusan
Relatif sentralisasi. Terjadi hanya pada posisi puncak organisasi
Relatif desentralisasi. Terjadi pada semua tingkat melalui proses kelompok.
Penetapan Tujuan
Dilokasikan pada organisasi puncak, tidak mendorong partisipasi kelompok
Mendorong partisipasi dalam menetapkan sasaran yang tinggi dan realistik
Pengendalian
Sentralisasi. Penekanan pada bentuk menyalahkan atas terjadinya kesalahan
Tersebar di organisasi. Penekanan pengendalian sendiri dan pemecahan masalah.
Tujuan Kinerja
Rendah dan secara pasif dicari manajer, yang tidak menunjukkan komitmen atas pengembangan SDM organisasi
Tinggi dan aktif dicari atasan, yang memahami kebutuhan komitmen penuh untuk mengembangkan malalui pelatihan SDM organisasi.


BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Desain organisasi telah menjadi inti kerja manajerial karena usaha-uasaha sebelumnya untuk mengembangkan teori manajemen. Cara manajemen mendesain organisasi harus mengingat dimensi struktur organisasi ini. Bagaiamana kombinasinya mempunyai dampak langsung atas efektivitas individual, kelompok dan organisasi itu sendiri. Manajer harus mempertimbangkan sejumlah faktor ketika mendesain organisasi, diantaranya satu yang sangat penting adalah teknologi, sifat kerja itu sendiri, karakteristik orang yang melakukan kerja, tuntutan lingkungan organisasi, keperluan untuk menerima dan memproses informasi dari lingkungan tersebut, dan keseluruhan strategi yang dipilih organisasi untuk berhubungan dengan lingkungan.
Untuk memehami hal yang dirasakan kompleks, harus menjelaskan mengenai dua model umum desain umum organisasi yakni model mekanistik dan organik.
Model mekanistik merupakan desain organisasi menekankan pada kepentingan pencapaian produksi yang tinggi dan efisien melalui penggunaan aturan dan prosedur yang ekstensif, sentralisasi wewenang, dan spesialisasi tenaga kerja yang tinggi. Model organik dari desain organisasi berada dalam posisi yang bertentangan dengan model mekanistik berkaitan dengan perbedaan karakteristik organisasi dan praktik. Perbedaan yang sangat nyata antara dua model adalah konsekuensi dari perbedaan kriteria efektivitas yang masing-masing berupaya mencapai maksimalisasi. Sementara model mekanistik memaksimalkan efisiensi dan produksi model organik memaksimalkan kepuasan, fleksibilitas dan pengembangan.
Selain dua teori di atas, muncul pula pendapat ketiga yakni teori desain kontigensi. Sudut pandang kontigensi memberikan kesempatan lepas dari dilema dalam pemilihan model mekanistik atau organik.
Seorang manajer, haruslah cakap menempatkan sesuatu begitupun dengan desain organisasi yang diterapkan harus sesuai dengan situasi, kondisi dan kebutuhan.
 
sumber: 
Read More ->>

A. Desain Organisasi Mekanistik

BAB I
PENDAHULUAN

Desain organisasi dikaitkan dengan pengambilan keputusan manajerial yang menentukan struktur dan proses yang mengkoordinasikan dan mengendalikan pekerjaan organisasi. Hasil keputusan desain organisasi adalah suatu sistem pekerjaan dan pengelompokkan kerja termasuk proses yang melingkarinya. Proses yang berhubungan ini termasuk hubungan wewenang dan jaringan komunikasi dalam kaitannya pada perencanaan spesifik dan teknik pengendalian. Sebagai akibat, desain organisasi akan berpengaruh pada pembentukan suatu superstruktur di dalam kerja dari organisasi tersebut.
Desain organisasi telah menjadi inti kerja manajerial karena usaha-uasaha sebelumnya untuk mengembangkan teori manajemen. Kepentingan keputusan desain telah menstimulasi minat yang besar atas topik bahasan. Manajer dan pakar teori perilaku organisasi dan peneliti telah berkontribusi terhadap apa yang disebut sebagai badan bacaan yang dapat dipertimbangkan. Manajer yang menghadapi perlunya mendesain struktur organisasi adalah pada posisi tidak kehilangan ide. Sangat berbeda, bahan desain organisasi telah mempunyai sejumlah ide yang menimbulkan konflik yakni bagaiaman suatu organisasi didesain mengoptimalkan efektifitas.
Cara manajemen mendesain organisasi harus mengingat dimensi struktur organisasi ini. Bagaiamana kombinasinya mempunyai dampak langsung atas efektivitas individual, kelompok dan organisasi itu sendiri. Manajer harus mempertimbangkan sejumlah faktor ketika mendesain organisasi, diantaranya satu yang sangat penting adalah teknologi, sifat kerja itu sendiri, karakteristik orang yang melakukan kerja, tuntutan lingkungan organisasi, keperluan untuk menerima dan memproses informasi dari lingkungan tersebut, dan keseluruhan strategi yang dipilih organisasi untuk berhubungan dengan lingkungan.
Untuk memehami hal yang dirasakan kompleks, harus menjelaskan mengenai dua model umum desain umum organisasi yakni model mekanistik dan organik.

BAB II
2.1 MODEL MEKANISTIK
Merupakan desain organisasi menekankan pada kepentingan pencapaian produksi yang tinggi dan efisien melalui penggunaan aturan dan prosedur yang ekstensif, sentralisasi wewenang, dan spesialisasi tenaga kerja yang tinggi.
Empat prinsip fungsi manajemen organisasi menurut Henri Fayol yang relevan dalam memahami model mekanistik.
1. Prinsip Spesialisasi
Henri Fayol menetapkan spesialisasi sebagai alat yang terbaik untuk memanfaatkan individu dan kelompok individu. Metode ini seperti standar kerja dan studi gerak dan waktu, menekankan sisi dimensi teknis (bukan perilaku).

2. Prinsip Kesatuan Arah
Menurut prinsip ini, pekerjaan harus dikelompokkan menurut bidang spesialisasi. Perekayasa harus dikelompokkan dengan perekayasa, wirajual dengan wirajual, akuntan dengan akuntan. Dasar depatementalisasi yang relatif banyak mengimplementasikan prinsip ini adalah dasar fungsional.

3. Prinsip Wewenang dan Tanggung Jawab
Henri Fayol percaya bahwa seorang manajer sebaiknya diberikan wewenang yang cukup guna menjalankan tanggung jawab tugasnya. Karena tanggung jawab manajer puncak dipandang sangat penting bagi masa depan organisasi dibanding manajemen yang lebih rendah, penerapan prinsip tidak dapat dielakkan lagi mengarah pada wewenang sentralisasi. Wewenang sentralisasi memandang bahwa hasil secara logika bukan hanya karena tanggung jawab yang lebih besar dari manajemen puncak, tetapi juga karena kerja pada tingkat ini lebih komplek, jumlah pekerja yang terlibat lebih besar, dan hubungan antara tindakan serta hasil menjadi jauh.

4. Prinsip Rantai Berjenjang
Hasil yang wajar dalam mengimplementasikan tiga prinsip yakni suatu rantai hubungan berjenjang manajer dari wewenang yang paling tinggi hingga yang lebih rendah. Rantai berjenjang adalah rute semua komunikasi vertikal dalam organisasi. Semua komunikasi dari tingkat terendah harus melewati masing-masing atasan dalam suatu lintas komando. Bersamaa, komunikasi dari puncak harus melalui masing-masing bawahan sampai mancapai tingkat yang dituju.
Max Weber membuat kontribusi penting terhadap model mekanistik. Ia menjelaskan aplikasi model mekanistik dan istilah birokrasi.
Birokrasi mempunyai berbagai makna. Penggunaan tradisional adalah konsep ilmu politik kantor pemerintah tetapi tanpa partisipasi oleh pemerintah. Dalam istilah orang awam, birokrasi diartikan pada konsekuensi negatif dari organisasi yang lebih besar, seperti pita merah yang berlebih, keterlambatan prosedural, dan frustasi. Tetapi dalam pandangan Max Weber, birokrasi ditujukan pada cara tertentu dalam mengorganisis suatu kumpulan aktiivtas. Minat Weber dalam birokrasi mencerminkan kepeduliannya dalam hal cara masyarakat mengembangkan hirarki pengendalian sehingga satu kelompok bisa mendominasi kelompok lain. Desain organisasi melibatkan dominasi wewenang dimana wewenang mengkaitkan legitimasi untuk meminta kepatuhan dari pihak lain. Pencariannya akan bentuk dominasi yang berkembang di masyarakat menuntunnya untuk mempelajari struktur birokrasi.
Menurut Weber, struktur birokrasi adalah “superior dari bentuk lainnya dalam ketepatan, dalam stabilitas, dalam ketentuan disiplin dan kendalanya. Hal ini memungkinkan kemampuan perhitungan hasil yang tinggi bagi pimpinan organisasi dan bagi mereka jabatannya”. Birokrasi membandingkan pada organisasi lain “seperti mesin dengan moda produksi non mekanikal”. Kata ini menangkap esensi model mekanistik dari desain organisasi.
Untuk mencapai manfaat maksimum dari desain birokrasi, Weber percaya bahwa organisasi harus mempunyai karakteristik sebagai berikut:
  1. Semua tugas akan dibagi dalam pekerjaan-pekerjaan yang sangat spesialis. Melalui spesialisasi, pemegang kerja menjadi ahli dalam pekerjaan mereka, dan manajemen bisa meminta mereka bertanggung jawab atas efektivitasprestasi tugas-tugas mereka.
  2. Masing-masing tugas dikerjakan menurut suatu sistem dengan aturan abstrak untuk menjamin kesatuan dan koordinasi dari tugas-tugas yang berbeda. Rasionalnya dari praktik ini adalah manajer dapat menghilangkan ketidakpastian kinerja tugas karena perbedaan individu.
  3. Masing-masing anggota atau kantor suatu organisasi bertanggunga jawab atas kinerja pekerjaan untuk satu dan hanya satu manajer. Manajer memiliki wewenag mereka karena pengetahuan dan didelegasikan dari hirarki puncak. Rantai komando yang tetap ada.
  4. Masing-masing karyawan organisasi berhubungan  dengan karyawan lain, dan klien dalam bentuk non pribadi, sisi formal, menjaga jarak sosial dengan  bawahan dan pelanggan. Tujuan dari praktik ini adalah menjamin bahwa kepribadian dan favoritisme tidak mencampuri pencapaian efisiensi dari sasaran organisasi.
  5. Pekerjaan dalam organisasi yang birokratis didasarkan pada kualifikasi teknis dan dilindungi terhadap pemecatan sewenang-wenang. Hal yang sama, promosi didasarkan atas senioritas dan pencapaian. Kerja di organisasi dipandang sabagai karir jangka panjang, dan loyalitas tinggi dapat ditimbulkan.

Lima karakteristik birokrasi ini menjelaskan bentuk organisasi yang diyakini Henri Fayol lebih efektif. Baik fayol maupun Weber menjelaskan tipe organisasi yang sama, satu adalah berfungsi sebagai mesih untuk mencapai tujuan organisasi dalam bentuk yang sangat efisien. Jadi istilah mekanistik tepat untuk menggambarkan organisasi tersebut.
Model Mekanistik mencapai tingkat produksi dan efisiensi  yang tinggiu berkaitan dengan karakteristik:
  1. Sangat kompleks karena menekankan pada spesialisasi tenaga kerja.
  2. sangat tersentralisasi karena menekankan pada wewenang dan tanggung gugat (accountability).
  3. Sangat formal karena menekankan pada fungsi sebagai dasar departemen.

Karakteristik organisasi ini dan praktik menekankan pada penggunaan yang luas dari model organisasi. Tetpai model mekanistik bukan hanya satu-satunya yang digunakan.
 
PERBANDINGAN
STRUKTUR MEKANISTIK DAN ORGANIK
Proses
Struktur Mekanistik
Struktur Organik
Kepemimpinan
Tidak ada rasa percaya dan keyakinan. Bawahan tidak merasa bebas mendiskusikanmasalah pekerjaan dengan atasan yang sebaliknya manarik ide da pendapat mereka
Memiliki rasa percaya dan keyakinan antara atasan dan bawahan dalam semua hal. Bawahan merasa bebas mendiskusikan dengan atasan yang sebaliknya menarik ide dan pendapat mereka
Motivasi
Langkah hanya fisik, keamanan, dan motif ekonomi melalui penggunaan sanksi dan ancaman. Sikap tidak mendukung pada organisasi terjadi diantara karyawan
Langkah penuh dengan motivasi melalui penggunaan partisipasi. Sikap lebih mendukung pada organisasi dan tujuan
Komunikasi
Informasi mengalir ke bawah dan cenderung terdistorsi tidak akurat, dan dipandang mencurigakan oleh bawahan
Informasi mengalir bebas ke seluruh organisasi, atas, bawah dan ke samping. Informasi akurat dan tidak distorsi
Interaksi
Tertutup dan terbatas. Bawahan hanya memberi efek yang kecil pada tujuan departemen, metode dan aktivitas.
Terbuka dan ektensif. Baik atasan dan bawahan dapat mempengaruhi tujuan, metode dan aktivitas.
Keputusan
Relatif sentralisasi. Terjadi hanya pada posisi puncak organisasi
Relatif desentralisasi. Terjadi pada semua tingkat melalui proses kelompok.
Penetapan Tujuan
Dilokasikan pada organisasi puncak, tidak mendorong partisipasi kelompok
Mendorong partisipasi dalam menetapkan sasaran yang tinggi dan realistik
Pengendalian
Sentralisasi. Penekanan pada bentuk menyalahkan atas terjadinya kesalahan
Tersebar di organisasi. Penekanan pengendalian sendiri dan pemecahan masalah.
Tujuan Kinerja
Rendah dan secara pasif dicari manajer, yang tidak menunjukkan komitmen atas pengembangan SDM organisasi
Tinggi dan aktif dicari atasan, yang memahami kebutuhan komitmen penuh untuk mengembangkan malalui pelatihan SDM organisasi.

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Desain organisasi telah menjadi inti kerja manajerial karena usaha-uasaha sebelumnya untuk mengembangkan teori manajemen. Cara manajemen mendesain organisasi harus mengingat dimensi struktur organisasi ini. Bagaiamana kombinasinya mempunyai dampak langsung atas efektivitas individual, kelompok dan organisasi itu sendiri. Manajer harus mempertimbangkan sejumlah faktor ketika mendesain organisasi, diantaranya satu yang sangat penting adalah teknologi, sifat kerja itu sendiri, karakteristik orang yang melakukan kerja, tuntutan lingkungan organisasi, keperluan untuk menerima dan memproses informasi dari lingkungan tersebut, dan keseluruhan strategi yang dipilih organisasi untuk berhubungan dengan lingkungan.
Untuk memehami hal yang dirasakan kompleks, harus menjelaskan mengenai dua model umum desain umum organisasi yakni model mekanistik dan organik.
Model mekanistik merupakan desain organisasi menekankan pada kepentingan pencapaian produksi yang tinggi dan efisien melalui penggunaan aturan dan prosedur yang ekstensif, sentralisasi wewenang, dan spesialisasi tenaga kerja yang tinggi. Model organik dari desain organisasi berada dalam posisi yang bertentangan dengan model mekanistik berkaitan dengan perbedaan karakteristik organisasi dan praktik. Perbedaan yang sangat nyata antara dua model adalah konsekuensi dari perbedaan kriteria efektivitas yang masing-masing berupaya mencapai maksimalisasi. Sementara model mekanistik memaksimalkan efisiensi dan produksi model organik memaksimalkan kepuasan, fleksibilitas dan pengembangan.
Selain dua teori di atas, muncul pula pendapat ketiga yakni teori desain kontigensi. Sudut pandang kontigensi memberikan kesempatan lepas dari dilema dalam pemilihan model mekanistik atau organik.
Seorang manajer, haruslah cakap menempatkan sesuatu begitupun dengan desain organisasi yang diterapkan harus sesuai dengan situasi, kondisi dan kebutuhan.
 
 
sumber : 
Read More ->>

4. Model Desain Organisasi

Etika Bisnis
1. Model Mekanistis
Menekankan pentingnya produksi dan efisiensi melalui :
• Penggunaan Ekstensif aturan dan prosedur
• Kewenangan terpusat
• Spesialisasai tenaga kerja yang tinggi

2. Model Organik
Menekankan pentingnya produksi dan efisiensi melalui :
• Penggunaan terbatas aturan dan prosedur
• Kewenangan terdesentralisasi
• Derajat spesialisasi yang relatif rendah

Perbandingan Struktur Mekanisme dan Organik
Proses Struktur Mekanisme Struktur Organisasi
1. Kepemimpinan Tidak ada rasa percaya antara atasan dan bawahan Ada rasa percaya antara atasan dan bawahan
2. Motif Hanya motif fisik, keamanan da ekonomi melalui penggunaan rasa takut dan sanksi Banyak motif melalui metode partisipatif
3. Komunikasi Informasi mengalir kebawah dan cenderung terdistrosi, tidak akurat dan dicurigai bawahan Informasi mengalir bebas : ke atas, ke bawah dan lateral. Informasinya akurat dan tidak terdistorsi.
4. Interaksi Tertutup dan terbatas. Bawahan punya sedikit efek pada sasaran metode dan kegiatan departemen Terbuka dan ekstensif. Atasan dan bawahan mampu mempengaruhi sasaran, metode dan kegiatan departemen.
5. Keputusan Relatif terpusat terjadi pada puncak organisasi Relatif terdenstralisasi tejadi di semua level dengan proses kelompok
6. Penetapan Sasaran Pada puncak organisasi, mencegah partisipasi kelompok Mendorong partisipasi kelompok dalam penetapan tujuan
7. Kendali Terpusat. Menekankan penetapan kambing hitam dalam suatu kesalahan Tersebar sepanjang organisasi. Menekankan kontrol-diri dan pemecahan masalah
8. Sasaran Kinerja Rendah dan dicari dengan pasif oleh manajer, yang tidak berkomitmen mengembangkan personalia organisasi Tinggi dan dicari dengan aktif oleh atasan, yang berkomitmen mengembangkan SDM organisasi.
Read More ->>

B. Masalah Desain ulang pekerjaan

    Konsep Dasar Sistem Sistem : kumpulan dari elemen-elemen yang berinteraksi untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Menurut Jerry Fith Gerald : Sistem adalah suatu jaringan kerja dari prosedur-prosedur yang saling berhubungan, berkumpul bersama-sama untuk melakukan suatu kegiatan atau menyelesaikan suatu sasaran tertentu. Karakteristik Sistem :

Memiliki komponen :
Suatu sistem terdiri dari sejumlah komponen yang saling berinteraksi, bekerja sama membentuk satu kesatuan. Komponen-komponen sistem dapat berupa suatu subsistem atau bagian-bagian dari sistem. Setiap sistem tidak perduli betapapun kecilnya, selalu mengandung komponen-komponen atau subsistem-subsistem. Setiap subsistem mempunyai sifat-sifat dari sistem untuk menjalankan suatu fungsi tertentu dan mempengaruhi proses sistem secara keseluruhan. Suatu sistem dapat mempunyai suatu sistem yang lebih besar yang disebut supra sistem, misalnya suatu perusahaan dapat disebut dengan suatu sistem dan industri yang merupakan sistem yang lebih besar dapat disebut dengan supra sistem. Kalau dipandang industri sebagai suatu sistem, maka perusahaan dapat disebut sebagai subsistem. Demikian juga bila perusahaan dipandang sebagai suatu sistem, maka sistem akuntansi adalah subsistemnya.

Batas sistem (boundary) :

Batas sistem merupakan daerah yang membatasi antara suatu sistem dengan sistem yang lainnya atau dengan lingkungan luarnya. Batas sistem ini
memungkinkan suatu sistem dipandang sebagai suatu kesatuan. Batas suatu sistem menunjukkan ruang lingkup (scope) dari sistem tersebut.

Lingkungan luar sistem (environment) :

Adalah apapun di luar batas dari sistem yang mempengaruhi operasi sistem.

Penghubung sistem (interface) :

Merupakan media penghubung antara satu subsistem dengan subsistem yang lainnya.

Masukan sistem (input) :

Merupakan energi yang dimasukkan ke dalam sistem. Masukan dapat berupa masukan perawatan (maintenance input) dan masukan sinyal (signal input). Maintenance input adalah energi yang dimasukkan supaya sistem tersebut dapat beroperasi. Signal input adalah energi yang diproses untuk didapatkan keluaran. Sebagai contoh didalam sistem komputer, program adalah maintanance input yang digunakan untuk mengoperasikan komputernya dan data adalah signal input untuk diolah menjadi informasi.

Keluaran sistem (Output) :

Merupakan hasil dari energi yang diolah oleh sistem. • Pengolah sistem (Process) : Merupakan bagian yang memproses masukan untuk menjadi keluaran yang diinginkan. • Sasaran sistem Kalau sistem tidak mempunyai sasaran, maka operasi sistem tidak akan ada gunanya.

Bagaimana dengan Sistem Baru dapat Mengubah Organisasi
Sistem informasi sebagai perubahan organisasi yang terencana. Pengenalan sistem informasi baru tidak hanya melibatkan perangkat keras dan perangkat lunak. Ini juga mencakup tentang perubahan pekerjaan, keterampilan, manajemen, dan organisasi. Dalam filsafat sociotechnical, jika suatu organisasi tidak bisa menggunakan sistem informasi yang baru, maka perlu dilakukan desain ulang organisasi. Satu hal penting untuk mengetahui tentang pembangunan sebuah sistem informasi baru yaitu proses perencanaan perubahan organisasi. Perancang sistem harus memahami bagaimana satu sistem akan mempengaruhi organisasi secara keseluruhan, memfokuskan terutama pada konflik organisasi dan perubahan pada tempat kedudukan dari ciri-ciri keputusan Perancana sistem juga harus mempertimbangkan bagaimana sifat alami kelompok kerja terhadap pergantian sistem baru. Sistem baru dapat berhasil secara teknis kecuali terjadi kegagalan organisasional akibat satu kegagalan dalam sosial dan proses politik dalam membangun system. Analis dan perancang bertanggung jawab untuk memastikan bahwa anggota inti organisasi berpartisipasi dalam proses pembuatan system baru. Pengembangan Sistem Informasi yang Cocok dengan Perencanaan Bisnis Suatu organisasi yang memutuskan menggunakan system yang baru akan berpikir untuk membangun sistem menjadi komponen penting dari proses perencanaan organisasi. Organisasi perlu mengembangkan rencana sistem informsasi yang mendukung seluruh rencana bisnis mereka dan menggabungkan sistem yang strategis sampai tingkat atas perencanaan. Satu proyek tertentu yang telah dipilih dalam konteks keseluruhan rencana strategis untuk area sistem, maka sistem informasi yang terencana dapat dikembangkan. Rencana tersebut berfungsi sebagai petunjuk dalam pengembangan sistem, dasar pemikiran, situasi saat ini, strategi pengelolaan, rencana pelaksanaan, dan anggaran dana.
Hal mendasar dalam pengembangan sistem yaitu penganalisa sistem yang merupakan bagian dari tim yang berfungsi mengembangkan sistem yang memiliki daya guna tinggi dan memenuhi kebutuhan pemakai akhir. Pengembangan ini dipengaruhi sejumlah hal,yaitu :

Produktifitas, saat ini dibutuhkan sistem yang lebih banyak, lebih bagus dan lebih cepat. Hal ini membutuhkan lebih banyak programmer dan penganalisa sistem yang berkualitas, kondisi kerja ekstra, kemampuan pemakai untuk mengambangkan sendiri, bahasa pemrograman yang lebih baik, perawatan sistem yang lebih baik (umumnya 50 % sampai 70 % sumber daya digunakan untuk perawatan sistem), disiplin teknis pemakaian perangkat lunak dan perangkat pengembangan sistem yang terotomasi.

Realibilitas, waktu yang dihabiskan untuk testing sistem secara umum menghabiskan 50% dari waktu total pengembangan sistem. Dalam kurun waktu 30 tahun sejumlah sistem yang digunakan di berbagai perusahaan mengalami kesalahan dan ironisnya sangat tidak mudah untuk mengubahnya. Jika terjadi kesalahan, ada dua cara yang bisa dilakukan, yaitu melakukan pelacakan sumber kesalahan dan harus menemukan cara untuk mengoreksi kesalahan tersebut dengan mengganti program, menghilangkan sejumlah statement lama atau menambahkan sejumlah statement baru.

Maintabilitas, perawatan mencakup ;

Pengelola sistem informasi terorganisasi dalam suatu struktur manajemen. Oleh karena itu bentuk / jenis sistem informasi yang diperlukan sesuai dengan level manajemennya.

Manajemen level atas : untuk perencanaan strategis, kebijakan dan pengambilan keputusan.

Manajemen level menengah : untuk perencanaan taktis.


Manajemen level bawah : untuk perencanaan dan pengawasan operasi.

Operator : untuk pemrosesan transaksi dan merespon permintaan.

Untuk pengembangan sebuah sistem informasi diperlukan struktur manajemen organisasi personil. Strutktur dasarnya:

Direktur Sistem Informasi

Manajer Pengembangan Sistem

Analis Sistem

Programmer

Manejer Komputer dan Operasi.

Mengidentifikasi Aktivitas Inti Proses Pengembangan Sistem Perlunya Pengembangan Sistem Dengan seiringnya perkembangan jaman maka sebuah sistem tentu tidak selamanya dapat digunakan dengan baik. Untuk itu perlu ada perubahan terhadap sistem tersebut baik dengan cara memperbaiki sistem yang lama ataupun jika perlu untuk mengganti sistem yang lama. Ada beberapa hal yang mendasari hal tersebut, antara lain: • Ada permasalahan pada sistem yang lama.
Permasalahan yang dimaksud disini seperti adanya ketidakberesan pada sistem yang lama sehingga hasilnyapun tidak sesuai dengan yang diharapkan. Contohnya : terdapat kesalahan-kesalahan baik yang disengaja ataupun tidak yang menyebabkan data pada suatu perusahaan tidak dapat terjamin kebenarannya, adanya kesempatan atau peluang anggota dari sistem tersebut untuk melakukan kecurangan. Permasalahan yang lain juga dapat disebabkan oleh pertumbuhan organisasi tersebut. Contohnya pada sebuah perusahaan
perdagangan yang berkembang yang sebelumnya hanya sebatas dalam kota kini hingga nasional bahkan internasional. Pertumbuhan organisasi (perusahaan) memaksa sistem yang dimiliki sebelumnya harus disesuaikan dengan kebutuhan kerja dari perusahaan tersebut, misalnya transaksi yang sebelumnya bersifat konvensional kini lebih moderen dengan memanfaatkan internet. • Untuk meraih kesempatan (opportunities) Sebuah sistem harus diperbaiki atau dikembangkan juga disebabkan untuk meraih kesempatan dari suatu organisasi atau perusahaan. Misalnya pada tingkat manajer pada sebuah perusahaan dituntut untuk cepat menghasilkan suatu kebijakan agar perusahaan mendapatkan keuntungan yang lebih banyak, sehingga perusahaan tersebut memanfaatkan Sistem Pendukung Keputusan agar kebijakan yang didapat lebih cepat. • Adanya intruksi-intruksi (directives) Sistem harus diperbaharui atau dikembangkan juga disebabkan oleh faktor eksternal seperti pemerintah. Adanya kebijakan-kebijakan pemerintah memaksa sebuah perusahaan menggunakan sistem yang tidak bertentangan dengan kebijakan tersebut. Pengembangan atau pembuatan sebuah sistem tentu tidak memakan biaya yang sedikit, sehingga organisasi harus secara bijak menentukan apakah sistem yang digunakan masih layak untuk dipakai atau sudah harus dikembangkan atau diganti. Beberapa indikator yang dapat digunakan untuk melihat sebuah sistem harus diperbaiki adalah : keluhan dari pelanggan, pengiriman barang yang sering tertunda, pembayaran gaji yang terlambat, ketidakberesan keuangan, persediaan barang yang terlalu tinggi, investasi yang tidak efisien, dll. 7
Secara konseptual siklus pengembangan sebuah sistem informasi adalah sebagai berikut :

1. Analisis Sistem: menganalisis dan mendefinisikan masalah dan kemungkinan solusinya untuk sistem informasi dan proses organisasi.

2. Perancangan Sistem: merancang output, input, struktur file, program, prosedur, perangkat keras dan perangkat lunak yang diperlukan untuk mendukung sistem informasi

3. Pembangunan dan Testing Sistem: membangun perangkat lunak yang diperlukan untuk mendukung sistem dan melakukan testing secara akurat. Melakukan instalasi dan testing terhadap perangkat keras dan mengoperasikan perangkat lunak

4. Implementasi Sistem: beralih dari sistem lama ke sistem baru, melakukan pelatihan dan panduan seperlunya.

5. Operasi dan Perawatan: mendukung operasi sistem informasi dan melakukan perubahan atau tambahan fasilitas.

6. Evaluasi Sistem: mengevaluasi sejauih mana sistem telah dibangun dan seberapa bagus sistem telah dioperasikan.

Siklus tersebut berlangsung secara berulang-ulang. Siklus di atas merupakan model klasik dari pengembangan sistem informasi. Model-model baru, seperti prototyping, spiral, 4GT dan kombinasi dikembangkan dari model klasik di atas.
Analisis Sistem
Alasan pentingnya mengawali analisis sistem:

1. Problem-solving: sistem lama tidak berfungsi sesuai dengan kebutuhan. Untuk itu analisis diperlukan untuk memperbaiki sistem sehingga dapat berfungsi sesuai dengan kebutuhan.


2. Kebutuhan baru: adanya kebutuhan baru dalam organisasi atau lingkungan sehingga diperlukan adanya modifikasi atau tambahan sistem informasi untuk mendukung organisasi.

3. Mengimplementasikan ide atau teknologi baru.

4. Meningkatkan performansi sistem secara keseluruhan.

Batasan Analisis Sistem. Aktifitas yang dilakukan dalam analisis sistem harus dapat menjawab pertanyaan umum, sebagai berikut:

1. Sistem baru apakah yang akan dibangun? atau

2. Sistem apakah yang akan ditambahkan atau dimodifikasi pada sistem lama yang sudah ada?

Untuk itu secara detail harus dijawab pertanyaan-pertanyaan:

1. Informasi apakah yang dibutuhkan?

2. Oleh siapa?

3. Kapan?

4. Dimana?

5. Dalam bentuk apa?

6. Bagaimana cara memperolehnya?

7. Dari mana asalnya?

8. Bagaimana cara mengumpulkannya?

Proposal mengadakan analisis sistem ; Berisi:

1. Definisi yang jelas dan konsisten tentang alasan untuk analisis

2. Definisi batasan analisis yang akan dilakukan

3. Identifikasi fakta yang akan dikumpulkan dan dipelajari selama analisis

4. fakta dapat diperoleh

5. Uraian tujuan dan kendala yang mungkin dalam analisis

6. Proyeksi kemungkinan masalah yang akan terjadi selama analisis


7. Jadwal tentatif analisis

Sumber-sumber fakta yang dapat dipelajari untuk analisis sistem:

1. Sistem yang ada

2. Sumber internal lain: orang, dokumen, dan hubungan antara orang-organisasi atau fungsi ada

3. Sumber External: interface dengan sistem lain, seminar, vendor, jurnal, textbook dan informasi atau ilmu lain yang berada diluar sistem

Kerangka Analisis:

1. Analisis terhadap level pembuat keputusan (manajemen organisasi): menganalisa organisasi, fungsi dan informasi yang dibutuhkan beserta informasi yang dihasilkan.

2. Analisis terhadap flow informasi: mengidentifikasi informasi apa yang diperlukan, siapa yang memerlukan, dari mana asalnya.

3. Analisis terhadap input dan output.

Dalam analisis ini digunakan teknik dan alat bantu, antara lain : interview, questionaire, observation, sampling and document gathering, charting, decision table and matric. Laporan hasil analisis. Laporan hasil analisis harus berisi:

1. Uraian alasan dan scope (batasan) analisis

2. Deskripsi sistem yang ada dan operasinya.

3. Uraian tujuan (objektif) dan kendala sistem

4. Deskripsi tentang masalah-masalah yang belum teratasi dan potensi masalah

5. Uraian tentang asumsi-asumsi yang diambil oleh analis sistem selama proses analisis

 6. Rekomendasi-rekomendasi sistem yang baru dan kebutuhannya untuk desain awal

7. Proyeksi kebutuhan sumber daya dan biaya yang diharapkan termasuk dalam desain sistem baru atau memodifikasinya. Proyeksi ini termasuk kelayakan untuk proses selanjutnya.

Katagori aspek kelayakan:

1. Kelayakan teknis: kelayakan perangkat keras dan perangkat lunak.

2. Kelayakan ekonomi: apakah ada keuntungan atau kerugian, efisiensi biasa operasional organisasi.

3. Kelayakan operasi: berhubungan dengan prosedur operasi dan orang yang menjalankan organisasi

4. Kelayakan jadwal: dapat menggunakan model-model penjadwalan seperti PERT dan GANTT CHART. Apakah jadwal pengembangan layak atau tidak.

Hasil akhir analisis sistem (keputusan):

1. Hentikan pekerjaan, karena proposal tidak layak.

2. Tunggu beberapa saat, karena masih ada pertimbangan lain

3. Modifikasi, manajemen memutuskan untuk memodifikasi prososal dengan subsistem lain.

4. Proses dengan syarat, ada persyaratan kelayakan.

5. Proses tanpa syarat, semua syarat terpenuhi. Proposal diterima dan proses dilanjutkan ke desain awal.

Siklus pengembangan sistem menurut J.F.Kelly ; 1. Penelitian sistem a. Definisi ruang lingkup. b. Studi penelitian
2. Analisis dan desain sistem a. Studi penelitian b. Pengumpulan data dan analisis c. Desain sistem d. Rencana implementasi 3. Pengembangan sistem a. Pengembangan b. Pengetesan c. Pengoperasian d. Perawatan
Siklus pengembangan sistem menurut Martin L dan Thomas Harrel ; 1. Konsepsi sistem 2. Analisis pendahuluan a. Pendefinisan masalah pendahuluan b. Investigasi c. Persiapan usulan sistem 3. Desain sistem a. Analisis terinci b. Mendesain keputusan c. Mendesain sasaran d. Rancang bangun sistem 4. Pemrograman a. Memecahkan kembali rancang bangun b. Mengembangkan bagan alir secara garis besar c. Menulis instruksi program d. Merakit program e. Mempersiapkan data untuk tes f. Melakukan pengetesan g. Mengecek hasil
h. Mendiagnosa kesalahan i. Membetulkan program j. Memulai pengetesan sistem 5. Dokumentasi 6. Instalasi sistem 7. Operasi sistem Perancangan Sistem. Analisis sistem digunakan untuk menjawab pertanyaan what? Sedangkan desain digunakan untuk menjawab pertanyaan how? Desain berkonsentrasi pada bagaimana system dibangun untuk memenuhi kebutuhan pada fase analisis. Elemen-elemen pengetahuan yang berhubungan dengan proses desain:

1. Sumber daya organisasi: bertumpu pada 5 unsur organisasi, yaitu: man, machines, material, money dan methods.

2. Informasi kebutuhan dari pemakai: informasi yang diperoleh dari pemakai selama fase analisis sistem.

3. Kebutuhan sistem: hasil dari analisis sistem.

4. Metode pemrosesan data, apakah: manual, elektromechanical, puched card, atau computer base.

5. Operasi data. Ada beberapa operasi dasar data, antara lain: capture, classify, arrange, summarize, calculate, store, retrieve, reproduce dan disseminate.

6. Alat bantu desain, seperti: dfd, dcd, dd, decision table dll.

Langkah dasar dalam proses desain:

1. Mendefinisikan tujuan sistem (defining system goal), tidak hanya berdasarkan informasi pemakai, akan tetapi juga berupa telaah dari abstraksi dan karakteristik keseluruhan kebutuhan informasi sistem.


2. Membangun sebuah model konseptual (develop a conceptual model), berupa gambaran sistem secara keseluruhan yang menggambarkan satuan fungsional sebagai unit sistem.

3. Menerapkan kendala2 organisasi (applying organizational contraints). Menerapkan kendala-kendala sistem untuk memperoleh sistem yang paling optimal. Elemen organisasi merupakan kendala, sedangkan fungsi-fungsi yang harus dioptimalkan adalah: performance, reliability, cost, instalation schedule, maintenability, flexibility, grouwth potensial, life expectancy. Model untuk sistem optimal dapat digambarkan sebagai sebuah model yang mengandung: kebutuhan sistem dan sumber daya organisasi sebagai input; faktor bobot terdiri atas fungsi-fungsi optimal di atas; dan total nilai yang harus dioptimalkan dari faktor bobot tersebut.

4. Mendefinisikan aktifitas pemrosesan data (defining data processing activities). Pendefinisian ini dapat dilakukan dengan pendekatan input-proses-output. Untuk menentukan hal ini diperlukan proses iteratif sbb:

Ø Mengidentifikasn output terpenting untuk mendukung/mencapai tujuan sistem (system’s goal)

Ø Me-list field spesifik informasi yang diperlukan untuk menyediakan output tersebut

Ø Mengidentifikasi input data spesifikik yang diperlukan untuk membangun field informasi yang diperlukan.

Ø Mendeskripsikan operasi pemrosesan data yang diterapkan untuk mengolah input menjadi output yang diperlukan.

Ø Mengidentifikasi elemen input yang menjadi masukan dan bagian yang disimpan selama pemrosesan input menjadi output.

Ø Ulangi langkah a-e terus menerus samapi semua output yang dibutuhkan diperoleh.


Ø Bangun basis data yang akan mendukung efektifitas sistem untuk memenuhi kebutuhan sistem, cara pemrosesan data dan karakteristik data.

Ø Berdasarakan kendala-kendala pembangunan sistem, prioritas pendukung, estimasi cost pembangunan; kurangi input, output dan pemrosesan yang ekstrim

Ø Definisikan berbagai titik kontrol untuk mengatur aktifitas pemrosesan data yang menentukan kualitas umum pemrosesan data.

Ø Selesaikan format input dan output yang terbaik untuk desain sistem.

5. Menyiapkan proposal sistem desain. Proposal ini diperlukan untuk manajemen apakah proses selanjutnya layak untuk dilanjutkan atau tidak. Hal-hal yang perlu disiapkan dalam penyusunan proposal ini adalah:

Ø Menyatakan ulang tentang alasan untuk mengawali kerja sistem termasuk tujuan/objektif khusus dan yang berhubungan dengan kebutuhan user dan desain sistem.

Ø Menyiapkan model yang sederhana akan tetapi menyeluruh sistem yang akan diajukan.

Ø Menampilkan semua sumber daya yang tersedia untuk mengimplementasikan dan merawat sistem.

Ø Mengidentifikasi asumsi kritis dan masalah yang belum teratasi yang mungkin berpengaruh terhadap desain sistem akhir.

Prinsip Dasar Desain. Ada 2 prinsip dasar desain, antara lain:

1. Desain sistem monolitik. Ditekankan pada integrasi sistem. Resource mana yang bisa diintegrasikan untuk memperoleh sistem yang efektif terutama dalam cost.


2. Desain sistem modular. Ditekankan pada pemecahan fungsi-fungsi yang memiliki idependensi rendah menjadi modul-modul (subsistem fungsional) yang terpisah sehingga memudahkan kita untuk berkonsentrasi mendesain per modul. Sebuah sistem informasi dapat dipecah menjadi 7 subsistem fungsional, a.l: data collection, data processing, file update, data storage, data retrival, information report dan data processing controls.

Petunjuk umum dalam desain subsistem fungsional sebuah sistem informasi:

1. Sumber data sebaiknya hanya dikumpulkan sekali sebagai input ke sistem informasi.

2. Akurasi sumber data sangat tergantung pada banyaknya langkah untuk me-record, collect dan prepare data untuk prosessing. Semakin sedikit langkah semakin akurat.

3. Data yang dihasilkan dari sistem berbasis komputer sebaiknya tidak dimasukkan lagi ke sistem.

4. Pewaktuan yang diperlukan untuk mengumpulkan data harus lebih kecil dari pewaktuan informasi tersebut diperlukan.

5. Perlu pemilihan cara pengumpulan data yang paling optimal

6. Pengumpulan data tidak harus on-line, melainkan tergantung dari kebutuhan informasi.

7. Semua sumber data harus dapat di validasi dan diedit segera setelah di kumpulkan.

8. Data yang sudah divalidasi, sebaiknya tidak divalidasi pada proses selanjutnya.

9. Total kontrol harus segera di cek lagi sebelum dan sesudah sebuah aktifitas prosesing yang besar dilakukan.

10. Data harus dapat disimpan hanya di 1 tempat dalam basis data kecuali ada kendala sistem.

11. Semua field data sebaiknya memiliki prosedur entri dan maintenance.


12. Semua data harus dapat dicetak dalam format yang berarti untuk keperluan audit.

13. File transaksi harus di maintain paling tidak dalam 1 siklus update ke basis data.

14. Prosedur backup dan security harus disediakan untuk semua field data.

15. Setiap file non sequential perlu memiliki prosedur reorganisasi secara periodik.

16. Semua field data harus memiliki tanggal update/akses penyimpanan terakhir.

Untuk menganalisa sistem secara efektif, kita membutuhkan lebih dari sekedar perangkat permodelan; yaitu metode. Metode ini dari waktu ke waktu berubah sesuai dengan perkembangan teknologi. Siklus ini cenderung menglami perubahan yang berarti dengan ditemukannya bahasa generasi keempat dan terakhir generasi kelima dimana pendekatan dengan paradigma object-oriented dan kompatibilitas antar model.
Pada dasarnya ada dua metode pendekatan dalam membangun sistem, yang pertama yaitu topdown. Pada metode ini sistem yang diturunkan dari pemetaan secara global yang kemudian akan menurun ke arah yang lebih deskriptif. Metode ini dianalogikan sebagai pembuatan rumah yang dimulai dari aspek yang paling mendasar yaitu pondasi hingga ke bagian terkecil misalnya sebuah kran pada kamar mandi. Metode kedua yaitu bottom-up, dimana sistem dipetakan dari satuan terkecil sehingga ke satuan terbesar, misalnya perakitan mobil. Pada awal 1980an mulai dikenal teknik pendesainan terstruktur dengan menggunakan konsep pararel dan siklus, misalnya antara uji coba program dan pemrograman dapat dilakukan kerja pararel dan seandainya ada sesuatu yang salah ketika implementasi maka dilakukan survey, analisa dan desain ulang yang menggantikan metode pendesainan klasik yang cenderung serial.
Pada prinsipnya aktivitas pendesainan sistem secara terstruktur melingkupi :

Ø Survey ; berfungsi untuk mengetahui kebutuhan pemakai, kesalahan-kesalahan dalam sistem lama, menetapkan tujuan perancangan, mengajukan usulan otomasi sistem yang layak dan dapat diterima, dan menyiapkan laporan survey yang berisi tentang segala sesuatu, pada poin di atas.

Ø Analisa sistem ; menggabungkan laporan survey dan kebijakan pemakai menjadi spesifikasi yang terstruktur dengan menggunakan permodelan.

Ø Desain ; mengimplementasikan model yang diinginkan pemakai.

Ø Implementasi ; merepresentasikan hasil desain ke dalam pemograman.

Ø Uji coba desain ; menguji coba seluruh spesifikasi terstruktur.

Ø Testing akhir ; menguji sistem secara keseluruhan.

Ø Deskripsi prosedur ; pembuatan laporan teknis tertulis seperti petunjuk pemakaian dan pengoperasian.

Ø Konversi database ; mengkonversi data, soalnya kata data sudah berarti jamak pada sistem sebelumnya.

Ø Instalasi ; aspek terakhir yang mesti dilakukan mencakup, serah terima manual, perangkat keras dan pelatihan pemakaian. 


sumber : lecture ub
Read More ->>

A. Peningkatan Dimensi Inti Pekerjaan

Dimensi Pekerjaan

Organisasi tumbuh karena seluruh misi dan tujuannya sudah terlalu besar untuk dicapai oleh seorang saja. Konsekuensinya organisasi harus mempunyai suatu cara sistematik untuk menentukan karyawan mana yang diharapkan mampu untuk melaksanakan fungsi atau tugas tertentu yang mesti diselesaikan, oleh karenanya harus ada seperangkat pekerjaan yang harus dilakukan oleh masing-masing karyawannya. Pekerjaan-pekerjaan tadi pada gilirannya memberikan suatu mekanisme pengkoordinasian dan pengkaitan berbagai aktivitas organisasi yang diperlukan supaya berhasil.

Tanpa pengetahuan yang memadai tentang apa yang dilakukan oleh para karyawan atas pekerjaannya,organisasi tidak akan dapat membentuk prosedur sumber daya manusia yang efektif untuk memilih, mempromosikan, melatih, menilai, dan memberikan kompensasi kepada karyawannya. Oleh karenanya, pengkajian dan pemahaman pekerjaan melalui proses yang disebut analisis pekerjaan merupakan bagian vital dari setiap program manajemen sumber daya manusia.

Dimensi Pekerjaan
Pekerjaan sekurang-kurangnya mempunyai 5 dimensi yang berinteraksi satu sama lain dan menentukan tingkat produktivitas serta kepuasan kerja yang diperoleh dari pekerjaan.. Dimensi-dimensi tersebut dapat dilihat dalam bagan 14.
Ke lima dimensi pekerjaan adalah sebagai berikut :
  • Dimensi Fisik : Dimensi pekerjaan yang pertama adalah dimensi fisik, yaitu kecepatan, gerak, dan langkah-langkah karyawan dalam menunaikan pekerjaannya. Idealnya, pekerjaan dapat diorganisasikan dengan cara yang memungkinkan setiap langkah dilakukan berulang-ulang secara seragam. Kajian gerak dan waktu dapat menentukan dimensi fisik pekerjaan dengan cara yang akan menghasilkan produktivitas maksimal. Di dalam organisasi, setiap pekerjaan dirancang untuk memfasilitasi pencapaian tujuan organisasi.
  • Dimensi Psikologis : Dimensi pekerjaan yang kedua adalah dimensi psikologis. Pekerjaan mempunyai potensi besar untuk memenuhi kebutuhan psikologis dasar akan pertumbuhan, pengetahuan, dan pengembangan seandainya diorganisasikan dan dikelola secara benar. Sejauh mana dimensi psikologis pekerjaan membantu atau menyumbat kinerja akan tergantung pada tingkat otoritas yang diberikan kepada karyawan dan keleluasaan dalam menggunakan beraneka keahlian.
  • Dimensi Sosial : Dimensi pekerjaan yang ketiga adalah dimensi sosial. Orang-orang bekerja demi sebuah sumber kontak sosial, dan begitu di dalam pekerjaan, kelompok kerja berpengaruh kuat terhadap bagaimana mereka bekerja.
  • Dimensi Kultural: Dimensi pekerjaan yang keempat adalah dimensi kultural. Pekerjaan menawarkan keberadaan ekonomi berupa gaji dan memberikan kontribusi bagaimana orang-orang menilai kedudukan sosial dan kualitas kehidupan mereka. Pekerjaan memberikan kepada karyawan sumber utama pendapatan. Pekerjaan juga menentukan standar kehidupan karyawan dan menjadi tumpuan mobilitas sosial ke atas, tergantung pada tuntutan dan nama jabatan serta tarif gajinya. Karena pekerjaan menyita bagian yang signifikan dari bagian kehidupan seorang karyawan, kewajiban pekerjaan dan kondisi dimana kewajiban itu ditunaikan hendaklah memuaskan beraneka kebutuhan pribadi yang ingin dipenuhi oleh karyawan.
  • Dimensi Kekuasaan : Dimensi pekerjaan yang kelima adalah dimensi kekuasaan. Orang-orang bekerja bagi orang lainnya. Cara manajer menjalankan kekuasaan mempunyai dampak yang nyata atas kepuasan kerja maupun produktivitas karyawan. Pemenuhan peran ini menuntut disiplin manajer dalam hal bahwa dia mesti memikirkan terlebih dahulu pekerjaan itu. Manajer tidak hanya harus memastikan bahwa pekerjaan dilakukan sesuai rencana, tetapi dia juga harus melakukan hal yang sama dalam membangun komitmen dari karyawannya.
Kelima dimensi pekerjaan di atas bermakna bahwa para manajer perlu mencapai suatu keseimbangan di antara dimensi pekerjaan, dan kebutuhan karyawan. Bagan 14 tadi memperlihatkan bahwa pekerjaan dan karyawan memiliki sumber daya yang dapat dieksplorasi guna meningkatkan produktivitas, namun keduanya juga menghadirkan tuntutan yang menimbulkan masalah bagi manajemen. Beberapa hal dapat terjadi, tergantung bagaimana berbagai pekerjaan itu diorganisasikan. Hubungan yang terjalin di antara orang-orang dan pekerjaan senantiasa berubah. Pengorganisasian pekerjaan mempengaruhi perilaku, dan perilaku itu sukar diubah begitu telah menjadi kebiasaan. Karena itulah, maka pengubahan pekerjaan merupakan cara yang baik untuk memulai jenis perubahan organisasional lainnya.


sumber : Online Human Resources
Read More ->>

Second Menu

Blogger templates






ShoutMix chat widget


Dapatkan Buku Tamu Seperti Ini di

View

Sikap qonaah atau merasa cukup atas karunia Allah yang sekecil apapun, merupakan tindakan yang terpuji. Tak salahlah bila mereka dicirikan oleh Rasulullah saw sebagai "AHLI SURGA" .

Pages

Eko Obito. Diberdayakan oleh Blogger.

Followers

Followers

About Me

Foto Saya
EKO APRIANTO
Lihat profil lengkapku

Popular Posts